Rabu, 10 Februari 2010

Usulan Sistem Peringatan Dini Tsunami (Tsunami Early Warning System) Ketut alit adi untara

Pengertian dan Proses Tsunami

TSUNAMI adalah sederetan gelombang laut yang menjalar dengan panjang gelombang sampai 100 km dengan ketinggian beberapa puluh cm di tengah laut dalam.

Di laut dangkal, tinggi gelombang dapat mencapai 20m atau lebih dan menjalar ke daratan sejauh 1 m sampai 100 m atau bahkan 5 km, bergantung pada topografi dan energi gelombangnya. Kecepatan rambatnya juga bervariasi dari 30 km/jam di sekitar pantai sampai 800 km/jam di laut dalam.

Selain gempa bumi, tsunami juga dibangkitkan oleh letusan gunung api bawah laut dan runtuhan pegunungan di bawah laut.

Proses gempa bumi dimulai dengan keretakan di suatu titik pada suatu kedalaman dan menjalar di sepanjang patahan atau sesar dalam waktu 1 sampai 3 menit atau lebih, bergantung pada magnitudo (kekuatan) gempanya. Panjang sesar/ bidang patahannya juga bergantung pada magnitudo gempa, berkisar antara 50-1000 km atau lebih. Bidang patahan atau sesar memisahkan dua blok dalam suatu volume bumi yang terpengaruh oleh pergerakan tersebut. Jika bidang patahan tersebut muncul di dasar laut, maka kestabilan air laut terganggu secara vertikal maupun horizontal. Gangguan stabilitas ini kadang terlihat seperti air pasang surut di pantai beberapa saat sebelum tsunami datang. Energi kinetik pergeseran blok tersebut terkonversi/ berubah menjadi energi potensial air laut dalam volume yang sangat besar sebagai sumber tsunami.


Syarat terjadinya tsunami

Tidak semua gempa menimbulkan tsunami. Syarat terjadinya tsunami:
  1. Pusat gempa (episenter) berada di bawah laut
  2. Pusat gempa berkisar antara 0-30 km (biasa dikenal dengan sebutan Gempa Dangkal)
  3. Magnitudo gempa yang berdampak biasanya lebih besar dari 6 Skala Richter.
  4. Tsunami yang besar umumnya juga terjadi apabila terjadi dislokasi vertikal, atau pada sesar naik atau sesar turun.

Peta Tsunami Indonesia


Gempa bumi tektonik terjadi akibat tumbukan lempeng tektonik. Di Indonesia terdapat 3 pergerakan lempeng yaitu: pergerakan Indo-Australia dengan Eurasia, Indo-Australia dengan Pasifik dan Pasifik dengan Indo-Australia. Pertemuan lempeng ini adalah lokasi gempa-gempa yang besar dan berada di lautan yang berjarak 100-150 km dari pantai barat Sumatra, selatan Jawa, selatan Nusatenggara, Maluku dan pantai utara Papua.


Penjalaran Tsunami

Kecepatan gelombang gempa jauh lebih cepat dibanding gelombang tsunami. Kecepatan gelombang gempa berkisar antara 4-11 km/detik, sedangkan kecepatan penjalaran gelombang tsunami bervariasi antara 10 km/jam (0,0001 km/detik) sampai 800 km/jam (0,01 km/detik), bergantung pada kedalaman laut. Pada laut dalam kecepatannya sangat tinggi seperti kecepatan pesawat jet komersial. Walaupun demikian, gelombang tsunami jauh tertinggal dibanding gelombang gempa, makin jauh jarak penjalaran tsunami makin jauh gelombang tsunami tertinggal. Selisih waktu datang gelombang gempa dan tsunami yang cukup besar ini menjadi peluang kita untuk merancang sistem peringatan dini tsunami.


Sistem Peringatan Dini (Early Warning System)

Harus kita bedakan antara peringatan dini dengan peringatan untuk darurat (emergency). Peringatan dini diberikan sebelum kejadian agar masyarakat dapat segera menghindar atau melakukan evakuasi, sedangkan setelah kejadian maka informasinya akan lebih bersifat informasi darurat untuk penyelamatan.

Daerah tsunami lokal sangat dekat dengan sumber gempa. Alam sudah memberikan tanda-tanda pada kita berupa getaran yang kuat bahkan merusak bangunan yang ada. Setelah itu sering diikuti oleh pasang surut beberapa saat sebelum tsunami datang. Tanda-tanda ini harus diikuti dengan evakuasi segera, karena dalam waktu hitungan menit, tsunami akan datang. Jika hanya mengandalkan tanda-tanda alam ini, maka peranan program sosialisasi sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan metode ini.

Peringatan dini tsunami menghendaki kewaspadaan dan evakuasi sebelum tsunami datang. Kecepatan informasi peringatan dini sangat diperlukan mengingat selang waktu antara gempa bumi dan tsunami sangat singkat. Berdasarkan selang waktu tersebut dapat dibedakan jenis-jenis peralatan peringatan dini yang diperlukan.


Jenis tsunami berdasarkan waktu terjadinya setelah gempa:

a. Tsunami jarak dekat (lokal); terjadi 0-30 menit setelah gempa.

Jarak pusat gempa ke lokasi ini sejauh 200km. Besar kemungkinan bahwa daerah di sekitar gempa bumi merasakan atau bahkan merusak bangunan. Tanda-tanda sebelum terjadi tsunami adalah getaran kuat dan sering diikuti oleh pasang surut air laut. Tanda tanda ini diperbesar dengan system peralatan yang dilengkapi dengan alarm.

Peralatan:

- Accelerograph

Accelerograph disebut juga strong motion seismograph, karena dipasang untuk merekam getaran kuat saja. Sedangkan getaran lemah yang tidak dirasakan oleh manusia, tidak direkam karena memang tidak diperlukan. Accelerograph ini dilengkapi dengan alarm dan siystem komunikasi untuk penyebaran berita, kontrol operasional dan perawatan jarak jauh.

- Tide gauge

Tide gauge adalah perangkat untuk mengukur perubahan muka laut. Perubahan muka laut bisa disebabkan oleh pasang naik dan surut muka laut harian (gaya tarik bulan dan matahari), angin dan tsunami. Informasi yang dibutuhkan untuk peringatan dini adalah pasang surut seketika sebelum terjadinya tsunami untuk peringatan dini di lokasi tersebut, kemudian pasang naik akibat tsunami adalah informasi peringatan dini untuk lokasi yang lebih jauh.

Accelerograph dan tide gauge dipasang pada tempat yang sama dalam sebuah shelter di pantai yang dilengkapi dengan sistem komunikasi dan sistem alarm. Peringatan pertama untuk kewaspadaan datang dari accelerograph apabila mencatat getaran kuat. Peringatan kedua datang dari tide gauge setelah mencatat perubahan mendadak muka laut. Dua peringatan tersebut disampaikan kepada:

i. Masyarakat setempat berupa alarm

ii. Aparat setempat yang bertugas untuk koordinasi evakuasi

iii. BMG pusat untuk sistem monitoring dan informasi darurat agar disebarkan ke lokasi lain.

Komunikasi data hanya diperlukan apabila ada gempa kuat atau gelombang pasang yang ekstrim, sedangkan secara rutin BMG Pusat akan mengamati dari Jakarta untuk mengetahui status operasionalnya.

b. Tsunami jarak menengah; terjadi 30 menit -2 jam setelah gempa

Jarak pusat gempa ke lokasi ini sejauh 200 km sampai 1000 km. Ada kemungkinan bahwa daerah di sekitar jarak ini merasakan juga gempa dengan intensitas II sampai V MMI (Modified Mercalli Intensity). Tanda-tanda sebelum terjadi tsunami adalah getaran kuat dan sering diikuti oleh pasang surut air laut. Sistem peralatan daerah ini juga sama dengan daerah di atas, namun sistem peralatan mungkin lebih banyak berperan karena getaran tidak terlalu keras. Tanda-tanda ini juga diperbesar dengan sistem peralatan yang dilengkapi dengan alarm.

c. Tsunami jarak jauh; terjadi lebih dari 2 jam setelah gempa

Jarak lokasi daerah ini dari pusat gempa lebih dari 1000 km, karena itu kecil kemungkinan daerah ini merasakan gempa. Namun masih mungkin terjadi pasang surut sebelum gelombang tsunami datang. Sistem peralatan daerah ini tidak perlu dilengkapi dengan accelerograph, kecuali daerah ini juga termasuk daerah rawan tsunami jarak dekat. Peralatan yang diperlukan untuk daerah ini adalah TREMORS yang sudah dipasang di Stasiun Geofisika Tretes.


Sistem Komunikasi

Efektifitas dan kecepatan informasi peringatan dini sangat diperlukan agar segera dilakukan tindakan preventif. System komunikasi terdiri dari;
  1. Komunikasi dari stasiun ke aparat setempat
  2. Komunikasi dari stasiun ke BMG pusat
  3. Komunikasi dari BMG pusat ke jaringan peringatan dini lainnya
Jaringan komunikasi dari stasiun ke aparat setempat dan ke BMG pusat mestinya tidak tergantung oleh aliran listrik dan saluran telepon setempat yang mungkin terganggu ketika peristiwa gempa. Jalur komunikasi yang baik adalah jalur komunikasi satelit dengan catu daya batterai yang didukung oleh charger listrik dan solar sel.


Sosialisasi

Alarm sebagai peringatan dini harus dimengerti oleh masyarakat agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap apa yang sedang terjadi. Maka program sosialisasi harus terus diadakan tidak saja untuk masarakat setempat tetapi juga untuk aparat yang bertanggung jawab terhadap koordinasi evakuasi.

Tujuan sosialisasi ini adalah:
  1. Adanya kegiatan atau upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka mengurangi dampak dari bencana gempabumi & tsunami
  2. Terbentuk SOP (Standard Operational Procedure) Antisipasi & Mitigasi bencana gempabumi & tsunami
  3. Edukasi masyarakat untuk menerapkan SOP tersebut.
  4. Kerjasama yang berkesinambungan antara BMG dan PEMDA
  5. Memasyarakatkan/ mensosialisasikan pengetahuan /fenomena tsunami termasuk penyebab, dampak dan antisipasinya.
  6. Menerbitkan pedoman-pedoman untuk penyusunan kurikulum muatan lokal sekolah dasar dan menengah
Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini dampak tsunami dapat diminimalkan. (f)

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar